Ada suatu masa dalam hidup saya dimana saya merasa semua yang terjadi dalam hidup saya benar-benar jalan di tempat, tidak maju dan juga tidak mundur.
Alasan saya paling utama untuk tidak berpindah kemana2 karena saya takut untuk menghadapi resiko2nya, walaupun saya bisa merasa saya juga tidak nyaman di tempat saya berpijak saat itu. Hari demi hari saya lalui, tangisan tangisan setiap sebelum tidur juga pernah saya lalui, yang ada dalam benak saya pada saat itu saya tidak mau bikin orang-orang khawatir dengan diri saya, terutama keluarga saya.
Dalam hari-hari yang saya lewati pada masa itu, banyak sekali pemikiran-pemikran yang bergejolak di kepala saya. Seperti mengapa saya harus dihadapkan dengan fase ini, mengapa saya yang harus melewati masa ini, dan masih banyak mengapa-mengapa lainnya. Kesal, marah, sedih, bingung, gundah gulana, galau gemalau, linglung, kosong,tidak berguna, itulah yang saya rasakan pada saat itu. Tidak jarang saya menyalahkan orang lain, tetapi lebih sering menyalahkan diri sendiri.
Yang berperan besar membuat saya menjadi lebih tenang dalam masa itu adalah keluarga saya, orang-orang terdekat yang saya temui setiap hari, orang-orang yang paling saya jaga perasaannya supaya tidak melihat saya bersedih hati karena tidak mau membuat mereka khawatir.
Ayah saya, seseorang yang selalu mengingatkan saya bahwa seseorang dalam menjalani kehidupannya selalu berputar dalam yang namanya roda kehidupan, sebentar ada di atas dan sebentar ada di bawah atau lama ada di atas atau lama ada di bawah. Yang jelas berputar. "Jadi kamu harus bersyukur mba kalau sedang diatas dan selalu ingat sama yang sedang di bawah, begitu juga sebaliknya". Saya ingat terus kata-kata tersebut, tanpa berusaha memahami lebih dalam.
Ibu saya, terus-terusan mengingatkan saya bahwa Tuhan punya rencana yang terbaik untuk setiap insan-Nya. Kalaupun ada masanya kita dihadapkan dalam suatu cobaan, maka disitulah kita diberi kesempatan untuk belajar menghadapi dan melewati cobaan-cobaan tersebut. Dengan cobaan tersebut, membuat kita menjadi lebih kuat dan menjadi lebih sempurna lagi.
Adik saya, pada masa itu menyadarkan saya bahwa dia mempunyai pemikiran yang jauh lebih dewasa dari yang pernah saya kira, karena dia memang yang paling muda di rumah saya, jadi mau sampai dia berusia berapa-pun, saya selalu menganggap dia anak kecil (hehe). Surprisingly, adik saya sosok yang paling menguatkan saya dan mencoba memberi tahu kepada saya bahwa jangan pernah takut untuk maju terus ke depan, karena kita tidak akan pernah tau apa yang ada di depan sana kalau kita tidak mencobanya, dan terus-terusan di tempat yang tidak nyaman tersebut. Kalaupun setelah maju ternyata resiko yang dihadapi jauh lebih buruk,setidaknya kita pernah mencoba dan jangan pernah takut merasa sendiri karena kita akan selalu punya keluarga dan sahabat-sahabat untuk kita.
Dengan banyak berdoa, berpasrah dan lebih mensyukuri apa yang sudah saya peroleh selama ini mendorong saya untuk bergerak terus maju ke depan. Tidak akan pernah ada yang tau apa yang ada di depan sana. Dengan dihadapkan pada masa jalan di tempat tersebut, memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar mengenai pandangan-pandangan dari orang terdekat saya yang selama ini hampir saya selalu tanggapi dengan begitu saja tanpa pernah mendalami lebih jauh.
Terima kasih Papa, Mama, dan Mucha. You are all my everything :)